Anjing adalah teman
terbaik manusia. Kata-kata itu terus ada, dan bahkan telah diteliti secara
ilmiah. Tetapi haruskah sampai diteliti?
Penelitian mengenai
loyalitas anjing adalah salah satu penelitian yang dibiayai oleh National
Science Foundation yang oleh Sen. Tom Coburn (R-Okla) dikritisi dalam laporannya yang mengatakan
bahwa dia melihat sebuah pembuang-buangan uang yang dilakukan pemerintah dalam
bidang sains.
Komplain yang biasa
terdengar: Kita terlalu mengeluarkan banyak uang untuk riset yang tidak jelas.
Kita mempunyai utang. Kita tak bisa memenuhi gaji para lulusan murid.
Dengan kongres super
comitte mengenai pendekatan pengurangan batas akhir utang, pembiayaan pemerintah
di riset sains, dari Energy Departement, The National Science Foundation, The
National Institute of Standards and Technology dan masih banyak lainnya dapat berada
di posisi rawan akan ditiadakan. Jika supercomitte tidak dapat mencapai
keputusan, uang 1,2 miliar dollar akan terbuang, dan dapat memotong anggaran
dana sebesar 8 persen di tahun 2013, menurut estimasi biaya dari Michael Lubell
dari American Physical Society.
Anggota Republik dari
House of Science Commite menulis surat ke supercommitte bulan lalu untuk
menyarankan memotong budget untuk Energy Departement mengenai “biological and
environmental research” karena itu menduplikat dari riset di bidang industri.
Mereka mengatakan bahwa departemen itu telah mengambil peran sebagai kapitalis
dalam penelitian, peran yang seharusnya dilakukan oleh firma yang berhak.
Masalah mereka menggaung secara luas bahwa bisnis seharusnya membiayai sains dan
keterlibatan pemerintahan seharusnya diminimalkan.
Sangat menggoda untuk
mengalihkan pembiayaan sains ke bisnis, tetapi terdapat beberapa riset yang
hanya dapat dilakukan oleh pemerintahan. Jenis riset ini sering disebut
“basic”, meskipun itu berarti banyak hal.
Di dalam Departemen of Energy’s Joint Genome Institute
(JGI), peneliti telah melakukan riset yang krusial yang dapat meluaskan
kekayaan ekonomi Amerika dalam 50 tahun selanjutnya. Akhirnya, itulah tujuan
mereka. Masalahnya adalah pekerjaan jenis itu dapat tidak menuju kemanapun.
Dapat membuat sebuah investasi yang buruk, meskipun itu adalah keterbutuhan diwaktu mendatang.
Jadi masalahnya adalah: Bagaimana cara riset sains tampaknya tidak berguna,
yang dalam hari ke depan dapat memberikan hasil yang besar, dibuat dalam bentuk
yang memang menjadi kebutuhan, relevan dan jelas keluar dari dalam kasus
pemotongan budget biaya?.
Aku mengunjungi JGI di
Walnut Creek, Calif., untuk mencari tahu. Institut itu, dimana pernah membantu
mengurai gen manusia pada tahun 1990, sekarang telah berfokus mempelajari DNA
dari tanaman dan mikroba. Riset tersebut
dalam beberapa tujuan dapat digunakan untuk membuat bahanbakar biologis
baru dan membantu pembersihan lingkungan.
Direktur dari JGI dan
genetis Eddy Rubin adalah pioner di masalah metagenomics, penelitian itu
mengenai DNA bermacam makhluk yang dapat secara bersama membuat ekositem.
Sekarang ini, dia dan timnya sedang mempelajari penelitian mengenai mikroba
yang hidup di dalam rumen sapi, organ perut yang digunakan hewan untuk
menghancurkan rumput menjadi bahan bakar. Hasil tersebut kesemuanya
dipublikasikan secara terang-terangan online, untuk para peneliti dan pengusaha
yang sedang mencari ide dan juga untuk mencegah duplikasi dari riset tersebut.
Rubin tahu bahwa ada
kepercayaan bahwa pemerintah yang membiayai sebuah riset seharusnya tidak melakukan
apa yang dilakukan industri, seorang Republikan anggota science komite tulis.
“Tetapi,”katanya, “industri tidak akan membangun sebuah superkomputer untuk
mempelajari cuaca. Atau akselerator raksasa untuk meneliti partikel fundamental
di alam. Itu yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah.”
Dan semuanya, hal-hal
penelitian basic ini akan tetap ada ganjarannya. “Siapa yang berpikir mengenai
membelah gen individu 15 tahun yang lalu?” tanya Rubin. Pembelahan gen itu
adalah pekerjaan yang dibantu diawali oleh Rubin pada tahun 1990 dan telah
menuju ke arah yang menjajikan mengenai terapi gen, dan kerja yang dia lakukan
hari ini dapat menuju ke hasil yang lebih besar lagi jika membahas perihal
energi alternatif atau terbarukan.
Rekan Rubin, seorang
fisikawan yang berganti menjadi genetis Dan Rokhsar, telah membenamkan diri
mempelajari kode genetis dari rumput padang. Rokhsar mengepalai divisi tanaman
di JGI, dan dia mencari cara untuk membuat bahan bakar biologis dari rumput
bukan dari jagung. Tidak seperti jagung, rumput bersifat perennial, yang
berarti rumput tidak membutuhkan untuk ditanam kembali dari musim ke musim, dan
dapat ditumbuhkan dalam skala habitat luas.
Bayangkan menggunakan
mikroba dalam rumen sapi untuk memecah banyak sekali rumput dalam cepat. Kau
akan mempunyai sistem biofuel yang ideal, dibuat dari alat alami yang bisa
mengurus sendiri dan tidak membuat racun berbahaya.
Meskipun, dalam catatan
Rokhsar, kita dapat mempunyai perjalanan panjang untuk memungkinkan hal itu.
Tidak seperti manusia, yang membawa dua gen sama dalam sel mereka, rumput
membawa empat. Itulah yang membuat sulitnya menganalisa DNA tanaman itu. Bahkan
semakin sulit menemukan gen di rumput itu yang bertanggung jawab atas terjadinya
perubahan nitrogen secara effisien sementara tetap tumbuh tinggi dalam banyak
jenis iklim yang berbeda.
Meskipun riset yang
sulit kedepannya, hasil dari penemuan itu dapat luar biasa. “Bisa dikatakan
bahwa kamu mempunyai tujuan bahwa dalam 20 tahun, kamu ingin penggunaan banyak
dalam biofuel,”kata Rokhsar. Dia melakukan matematika cepat untuk
peramalannya:” Kita menghabiskan 1 biliun dollar di minyak asing. Jadi bisa
dikatakan bahwa membelah gen ini akan memperbolehkan beberapa lulusan mahasiswa
besok untuk membuat kloning dari gen ini dalam lima tahun dari sekarang dan
mereka dapat melihatnya di database kita. Hal itu akan mempercepat riset.
Katakan telah dimulai menggunakan biofuel dalam sebelum 20 tahun tujuan itu.
Kau telah menyimpan sebanyak 30 billion dollar dalam sebulan itu saja.” Harapan
itulah yang membuat semangat bahan bakar untuk proyek ini.
Peneliti JGI lainnya,
seperti Susannah Tringe, direktur dari megagenomics research, mencari cara
untuk mengembalikan ekosistem yang alami dapat berhasil. Murid Tringe
mempelajari bahwa komunitas bakteri dibawah permukaan lahan basah, karena dia
ingin membuat pemhaman yang lebih baik tentang bagaimana mengembalikan
ekosistem lahan basah. Tetapi dia ingin juga mengembalikan seluruh planet.
Diketahui juga bahwa beberapa jenis lahan basah dapat menghisap karbon dari
udara lebih efisien daripada sistem lain di bumi. Jika dia dapat menemukan
komunitas bakteri lahan basah mana yang dapat melakukan penyerapan itu, mungkin
bakteri itu dapat digunakan diseluruh dunia untuk membersihkan atmosfer.
Tringe telah
mendapatkan 2.5 miliar dollar untuk mempelajari mengenai komunitas mikrobakteri
di lahan basah untuk lima tahun kedepan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana
dia dapat melakukan pekerjaan ini jika dia hanya berharap pada pembiayaan
pribadi dan harus menjual penemuannya untuk mencari dana. “Jika tujuan untuk
memperbaiki lingkungan, maka menjaga rahasia akan membuatmu tidak pergi
jauh,”katanya.
No comments:
Post a Comment