Saturday, August 6, 2016

Legenda Simpul Gordian


alexander memotong simpul

Simpul Gordian atau dalam bahasa inggrisnya disebut Gordian Knot, sekarang adalah ungkapan untuk menyebut permasalahan yang sangat sulit untuk di pecahkan dan pemecahannya dengan jalan berpikir out of the box. Pengungkapan tersebut berasal dari waktu-waktu terdahulu. Ungkapan gordian knot

ini juga di sebut di dalam karya Shakespeare :

Turn him to any cause of policy,The Gordian Knot of it he will unloose,Familiar as his garter— Shakespeare, Henry V, Act 1 Scene 1. 45–47
dan juga ada penyebutan-penyebutan lain di karya sastra yang lain. Ungkapan Gordian Knot juga kadang disebut di matematika juga. Apa yang menyebabkan ungkapan ini dapat melekat sampai sekarang?.


Baca Juga :
London Hammer OOPARTS Artifact
Kasus Kemalingan Museum Sonobudoyo
Simbol Feminisme Purba, Venus

Legenda

Ungkapan ini dimulai jauh di waktu-waktu dahulu. Masa-masa sebelum Masehi. Di daerah Turki sekarang, terdapat bangsa Phrygia yang belum memiliki raja. Seorang peramal di Telmissus (Ibu Kota Kerajaan Phyrgia) mengatakan laki-laki yang nanti masuk ke dalam kota mengendarai gerobak akan menjadi raja mereka. Seorang petani bernama Gordias mengendarai gerobak dan akan menuju ke Telmissus. Ketika sebelum sampai Ibu Kota dia sudah tahu dengan apa yang terjadi saat seekor elang bertengger di gerobaknya. Sebuah pertanda dari dewa. Sesaat dia masuk ke dalam kota dia langsung di daulat menjadi Raja oleh para pendeta. Sebaga rasa terima kasih, anaknya yang bernama Midas memberikan gerobak ayahnya kepada dewa Sabazios. Bukannya menali gerobak itu ke tiang atau batang dia membuat simpul di bagian tangkai penarik gerobak tersebut lalu menaruh gerobak itu di istana. Peramal itu juga kemudian mengatakan jika ada yang dapat melepaskan simpul itu dapat menguasai Asia.
Tetapi legenda yang membuat terkenal adalah ketika di tahun 333 SM datanglah Alexander yang Agung dengan pasukannya, saat itu phrygia sudah hancur dan masuk kedalam provinsi Persia, tetapi gerobak itu dan istananya masih ada. Alexander yang mengetahui tentang legenda tersebut tertarik untuk mencoba melepas simpul tersebut. Setelah beberapa waktu kesulitan dia kemudian menghempaskan pedangnya dan membelah simpul tersebut. Berpikir "out of the box" seperti ungkapan yang di gunakan sekarang. Alexander yang Agung dapat membuat simpul itu terlepas. Setelah itu tempat itu terjadi badai yang oleh Alexander dan orang-orangnya pertanda bahwa dia menyenangkan para Dewa. Dan benar saja setelah itu muncul kemenangan-kemenangan Alexander yang bahkan dapa menguasai Persia di kemudian hari.
Peristiwa tersebut oleh  sejarah di kenang sampai saat ini. Dan sekarang bahkan menjadi ungkapan solusi kreatif pemecah masalah. Tetapi ada juga yang menyebutkan sebagai kecurangan karena Alexander tidak melepas simpul tersebut dengan cara yang ada. Kalau menurut saya sendiri sebenarnya tergantung tujuan pelepas simpul tersebut. Jika orang tersebut ingin membedah apa yang membuat simpul tersebut bisa terikat sangat sulit, dan tipe orang yang ingin melepasnya demi apa yang di dapat setelah melepasnya. Karena tujuan Alexander menguasai Asia, menurut saya benar dengan apa yang dilakukannya, dan hasilnya memang benar, Persia telah dia kuasai dan mengubah wajah dunia selanjutnya. Juga di sebutkan dalam komik Batman yang new-52. Saat Batman menghadapi Riddler, Riddler memberi tebakan tersulit olehnya dan dijawab oleh Riddler dengan simpul (yang dimaksud adalah simpul gordian). Tetapi Batman menjawab dengan pisau karena pedang Alexander lah yang berhasil melepas simpul tersebut padahal sebelumnya tidak ada yang bisa.

Baca Lagi :




Monday, August 1, 2016

Gerakan Kejawen Penentang Belanda

wayang gunung

Kejawen bukanlah sebuah agama ataupun ajaran karena kejawen lebih kepada hubungan antara individu kepada zat ketuhanan. Oleh karena itu kejawen merasuk dan digunakan di dalam agama-agama lain seperti di Islam dan Kristen. Kejawen menganggap bahwa keberadaan yang tidak kasat mata ini dapat mempengaruhi yang kasat mata. Bahwa seorang individu dalam berperilaku haruslah tidak terlalu mengumbar hawa nafusnya. Dengan prinsip itu maka seorang individu bakal bisa berperilaku tanpa pamrih atau memberikan sesuatu tanpa meminta pengembalian kembali.


Untuk mencapai prinsip-prinsip hidup seperti itu yang secara batin berarti damai tenang dan tentram.
Sesuai dengan cara kejawen adalah dengan jalan mendekatkan diri kepada zat Maha Kuasa yang memberi kehidupan. Di agama-agama yang ada cara seperti itu di lakukan dengan beribadah menurut cara-cara yang di haruskan. Dan kejawen yang bukanlah sebuah ajaran tetapi prinsip sehingga tidak bakal melarang cara-cara agama yang ada sehingga kejawen ini dapat digunakan untuk membantu semakin memahami perihal alam dunia ini dan alam-alam yang lain.



Biasanya para orang-orang yang menganut kejawen menggunakan istilah tapa atau semedi dalam melakukan praktek untuk mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. Dengan tapa atau semedi ini mereka bisa menenangkan batin mereka dan merasakan hal-hal di sekitar mereka. Bahwa Yang Kuasa berada di sekitar mereka dan dalam mereka juga. Semakin sering mereka melakukan ini dan juga diiringi dengan niatan baik mereka bakal menemukan suatu pencerahan bagi dirinya.


Kejawen ini menjadi sangat populer di saat Indonesia telah memasuki fase pasca kemerdekaannya dan kebanyakan berada di Jawa Tengah. Tidak diketahui faktor-faktor apa yang membuat komunitas-komunitas ini menjadi besar dan banyak pengikutnya. Tetapi komunitas kejawen ini sempat menjadi faham suatu gerakan saat sebelum kemerdekaan,gerakan samin yang berada di suatu desa di blora mempunyai nama seperti itu karena pencetus dan pemimpin gerakan ini bernama samin. Gerakan ini di sebut juga gerakan kebatinan karena menenkankan konsep paham kejawen atau juga kebatinan. Kebanyakan pengikut gerakan ini adalah orang-orang desa yang bermata pencaharian sebagai petani.

Baca Juga:




Samin yang seorang anak seorang bupati juga seorang petani ini mendapatkan cukup pengetahuan tentang pewayangan, politik dll. Awalnya dikarenakan keadaan hidup petani menunjukkan kearah keterpurukan. Pada yahun 1890 gerakan ini muncul yang dipelopori samin dengan jalan menarik para petani-petani dan memberikan mereka pemahaman tentang kebatinan dan kehidupan di sekitar mereka. Awalnya gerakan ini tidak dianggap oleh pemerintahan Belanda tetapi kemudian muncul kebijakan yang membuat turunnya derajat para petani dan pemilik tanah. Hal itu membuat hilangnya prinsip-prinsip jawa mereka dan mulai melakukan perlawanan terhadap Belanda. Dengan jalan tidak ikut menyetorkan padi-padi mereka ke lumbung desa, tidak ikut gotong royong, memisahkan diri dengan petani-petani lain. Lama-kelamaan gerakan ini mendapat perhatian besar oleh belanda dan mulai mengirimkan pasukan keamanan mereka.


Bahkan faham samin ini meluas sampai daerah-daerah lain seperti Kudus dan Madiun. Tapi apalah daya Belanda yang mempunyai pasukan lengkap akhirnya dapat mengalahkan gerakan ini dan menangkap samin kemudian membuangnya ke Padang bersama beberapa pentolan pengikutnya. Tetapi dengan di buangnya samin gerakan ini tetap ada dan melakukan pertemuan kecil-kecilan yang dipimpin tokoh-tokoh lain yang berada di gerakan itu dan ingin tetap melanjutkan perjuangan samin. Tetapi setelah di ketahui meninggalnya Samin di Padang gerakan itu makin lam makin redup dan juga mulai menjadi kehilangan pahamnya karena setiap tokoh yang memimpin mempunyai pandangan berbeda-beda.


Mungkin berawal dari gerakan itu lah kemudian setelah kemerdekaan muncul banyak sekali komunitas-komunitas kejawen atau kebatinan. Tetapi apabila menilik lebih jauh lagi sebenarnya paham ini asli Indonesia dan tidak dibawa oleh orang luar. Tetapi hanya mengalami peleburan, kejawen ini adalah salah satu kearifan lokal yang telah ada sejak dahulu kala sebelum agama-agama luar menyebar di Indonesia.

Misteri Gobekli Tepe, Kuil Tertua?

Terdapat tempat pemujaan di daerah timur Anatolia yang dinamai Gobekli Tepe. Pertama kali di temukan tahun 40-an, saat itu dianggap sebagai peninggalan era byzantium awal. Seorang arkeolog Jerman Klaus Schimdt mendatangi tempat tersebut lagi dan tidak setuju dengan hipotesis tersebut karena melihat banyaknya alat-alat dari jaman neolitik disana, dan beranggapan bahwa situs tersebut berasal dari jaman batu yang lebih tua. Di danai oleh sebuah lembaga di Jerman dia kemudian melanjutkan penggalian disitu dan menemukan lebih banyak lagi. Peta diatas menunjukkan letak Gobekli Tepe.

Lewat dari sebuah situs yang menyediakan tulisan-tulisan riset (academia.edu), saya mencari-cari data dari situs tersebut.Walaupun tidak banyak tetapi saya mencoba menjabarkan apa yang saya baca dan telaah. Mungkin apa yang saya telaah tidak terlalu jelas atau bagaimana, mungkin para pembaca bisa menelisik lebih lanjut dengan mencari tulisan-tulisan di academia.edu tersebut. Dan juga saya belum mampu untuk menganalisis lebih lanjut jadi saya hanya menjabarkan apa yang saya baca dengan pemahaman saya.

Sebenarnya apa menariknya situs ini?.

Pertama-tama apa yang anda ingat dengan kebudayan berburu dan meramu?

Kebudayaan itu terjadi di zaman neolitik ketika manusia mulai mengurangi perburuan yang membuat mereka bergerak terus-menerus dan mencoba menetap dengan berkelompok-kelompok kecil. Kali ini saya tidak akan terlalu menjabarkan tentang kebudayaan ini tetapi pengaruh situs Gobekli Tepe ini terhadap teori tersebut. Jadi begini ketika manusia mulai menetap mereka mulai dapat menumbuhkan tumbuhan sebagai bahan-makanan sendiri dan setelah itu dikarenakan mereka mulai menetap mereka kemudian perlu untuk membuat sebuah pemukiman dan terjadilah sebuah kebudayaan yang lebih kompleks dari sebelumnya karena lebih banyak waktu untuk mengurusi hal lain selain perut hehe, pemikiran-pemikiran semakin berkembang, kepercayaan akan spiritualitas semakin bertambah jua.Kemudian manusia-manusia mulai membuat sebuah tempat-tempat pemujaan yang lebih besar dikarenakan semakin banyak pemeluknya dan banyak juga tenaga manusia sebagai pendukung terlaksananya bangunan besar itu, seperti Mesir dengan piramidanya, Maya dengan piramidanya juga, Borobudur dan lain-lain lah. Lalu kapan situs ini dibangun?, Klaus Schimdt berpendapat bahwa lewat analisan karbon di pilar berbentuk T yang tergali setelah penggalian lebih lanjut sekitar 9000 SM, dan juga tidak di temukan adanya jejak-jejak bekas pemukiman di daerah dekat situs tersebut. Jadi bangunan besar ini lebih dahulu dari peradaban tertua di dunia yaitu Sumeria. Jadi kemungkinan bangunan ini dibuat saat di jaman manusia dalam kebudayaan berburu dan meramu. Padahal seperti apa yang saya sebutkan diatas bahwa berburu dan meramu hanya berupa sekelompok manusia dan tidak mungkin dapat menyusun dan mengukir batu-batu besar tersebut karena belum banyaknya manusia yang berkumpul di satu tempat. Dari penemuan dan interpretasi Schimdt tadi bahwa di situs tersebut tidak ditemui bukti-bukti sekumpulan orang-orang menetap, jadi dia menganggap bahwa tempat ini memang dibuat oleh orang-orang berburu-meramu dari berbagai wilayah yang berjauhan dari situs. Jadi ada kemungkinan yang mengejutkan adalah bahwa tempat pemujaan itu dibuat sebelum revolusi dalam pertanian karena belum ditemukan bahwa ada pertanian sebelum saat itu. Apabila telah di temukan bukti bahwa ada jejak-jejak pertanian di daerah situ, berarti yang perlu di ubah adalah rentang waktu di temukannya revolusi tani tetapi karena tidak dan apabila tidak di ketemukan ada kemungkinan bangunan ini bisa merubah teori sistem sosial masyarakat saat itu.

Baca Juga :




Terus apa anehnya dari hal itu?, bayangkanlah jika dulu sekumpulan 50-an orang terpisah-pisah dan bisa membuat tempat pemujaan sebesar itu. Untuk gambaran sebesar apa tempatnya tengoklah gambar ini.


Dan diperkirakan bakal lebih ada lagi lingkaran-lingkarang tempat pilar-pilar berbentuk T tadi.

dari dekat gobekli tepe
Ini gambaran lebih dekatnya dimana salah satu lingkarang tersebut.


Gambaran 3D nya
Bagaimana cara orang-orang tersebut menyusun batu-batu besar tersebut? Apabila belum ada bukti bahwa terdapat sekumpulan banyak orang di situs tersebut. Untuk perbandingan, di Nias pernah ada pemindahan batu Megalith dengan berat 5 ton dan untuk memindahkannya diperlukan lebih dari 400 orang jadi barang tentu pembangunan situs ini perlu lebih dari 400 orang, bila benar sungguh bisa mengubah rentang waktu diperkirakannya di temukan peradaban. Schimdt punya interpretasi begini jadi kemungkinan dulu pernah terdapat sebuah kepercayaan yang di pegang oleh beberapa kelompok di berbagai wilayah tersebut. lalu apakah ini tidak berbanding terbalik dengan kebudayaan masa tersebut dimana kepercayaan-kepercayaan besar muncul setelah para manusia mulai menetap dan bertani sehingga membentuk sebuah komunal besar. Apakah kemungkinan mereka membangunnya secara bertahap, tiap terdapat sekumpulan manusia sedang berpergian dan melanjutkan pembangunannya atau orang-orang disekitar situs tersebut berkumpul ke tempat tersebut dan membangunnya. Dari dua anggapan tadi bisa pahami dan dengan agak imajinasi apakah telah terjadi komunikasi secara luas antar kelompok tadi?. Itu satu, kemudian apabila terjadi komunikasi secara luas terus kenapa mereka masih hidup secara terpisah-pisah dan hanya berkumpul bersama ke tempat itu saja?. Ataukah kemungkinan kedua dari pikaran saya sendiri mereka memang hidup terpisah tetapi ada suatu kekuatan yang membuat mereka berkumpul ketempat itu entah kekuatan spiritual atau apalah. Karena peninggalan jaman batu biasanya berupa dolmen ataupun menhir itupun sementara karena mereka hanya menetap secara sementara disana dan kemudian menhir dan dolmen saya pikir masih mudah untuk didirikan daripada bangunan komplek Gobekli Tepe ini yang membutuhkan banyak orang untuk pembangunannya.


Bangunan ini mungkin bisa menjadikan teori yang ada sekarang perlu di edit kembali dan bisa jadi atau bisa saja terdapat kebudayaan yang besar sebelum Sumeria dan hilang entah karena apa. Dengan cocoklogi bisa semua terjadi seperti mitos sumeria tentang gilgamesh dan banjir besar yang menghancurkan peradaban sebelumnya ini bisa saja situs ini. Atau letak Gobekli Tepe berjarak 30 mil dari Urfa tempat dimana Abraham dilahirkan menurut kepercayaan tradisional dan di salah satu kitab diceritakan bahwa Abraham memotong arca-arca kotanya dimana kotanya adalah penghasil arca mungkin ini adalah cocoklogi yang terlalu dipaksakan. Keberadaan Gobekli Tepe ini dimana dalam rangkaian rantai sejarah manusia ini masih terus dicari, belum apa maksud orang-orang membuat bangunan ini , ketepatan dengan rasi bintang tertentu yang bisa dilihat dari sebuah lubang pengamat di situs ini, hewan-hewan yang diukir di pilar-pilar dengan maksud apa dan berarti apa.

Seperti Klaus Schimdt bilang bahwa menurutnya kebudayaan manusia tidak muncul karena dorongan dari lingkungan tetapi dari pikiran manusia atau bahkan dalam tanggapan saya dan imajinasi saya juga dari kekuatan yang belum dipahami dan dianggap masih bias saat ini.