Tuesday, October 25, 2016

Menjadi Selektif Dalam Meresap Informasi


Bolehlah saya mencoba menuliskan tulisan yang berasal dari pikiran saya sendiri, dan coba saya tuangkan disini, karena bosan mungkin dan diri ingin mencoba mengatakan opini ke publik mungkin ada yang mengkritik atau menambahi adalah suatu hal yang bagus dan dapat membuka sebuah diskusi disini sehingga pikiran saya dapat tertambah kualitas isinya.

Mudahnya masyarakat termakan isu-isu tidak jelas di dalam publik dunia maya. Seperti kasus rokok seharga 50.000 ribu kemarin, melalui keawaman saya lewat ekonomi saya jelas mengetahui ketidak mungkinan kebijakan pemerintah tersebut. Tetapi dikarenakan derasnya arus informasi yang ada dan kebebasan keseluruhan lapisan masyarakat yang dapat mengakses internet berita tersebut menjadi viral dan fenomenal. Dimulai dari mana dan berujung kemana-mana, bahkan menjadi tema perbincangan di kedai-kedai kopi tempat orang-orang berkumpul.

Disini menjadikan saya berpikir kembali bagaiman kekuatan sebuah isu, mungkin saja isu rokok tersebut dimulai oleh seorang individu yang sebenarnya tidak merencanakan sampai sejauh itu imbasnya, tetapi mungkin karena kebetulan penempatannya sehinga banyak orang melihatnya. Akan tetapi saya juga tidak melulu menyalahkan dunia maya saja karena sebenarnya dalam dunia nyata sejak dahulu memanglah sering termakan oleh isu-isu yang malahan dari orang yang pertama kali menyebutnya sudah berbeda. Jika kita berada dalam suatu masyarakat pasti terdapat perkataan-perkataan yang memang dari sumber pertamanya sudah berbeda. Obrolan-obrolan yang sebenarnya hanyalah merupakan wujud ketidak seriusan oleh pihak pertama mungkin oleh pihak lainnya dianggap berbeda dan kemudian melanjutkan cerita tersebut ke pihak-pihak yang lainnya sehingga terjadilah lagi sebuah isu yang menjadi viral di masyarakat sekitar.

Makanya oleh karena itu kita selalu ditanamkan sebuah pesan untuk selalu selektif dan menyaring dari semuanya, bukan bermaksud untuk berpikiran negatif terhadap segala atau apa tetapi karena berbahayanya kesadaran kita sendiri dalam menangkap suatu informasi. Pemikiran setiap manusia selalu berbeda-beda karena mereka diciptakan untuk menjadi individu yang berbeda satu sama lain, dan perjalanan hidupnya pun turut serta mempengaruhi pemikirannya, pengalaman hidupnya, traumanya, hobinya semuanya turut serta dan berdesak-desakan berebutan untuk menguasai sistem pemikiran kita. Tetapi memang tabiat manusia sebagai manusia yang menyukai informasi sehingga tidak mungkin untuk melarang diri mencegah info-info yang diri sendiri larang untuk tidak teresap. Dan karena itu sebagai individu kita mempunyai pilihan, pilihan untuk memilih informasi mana saja yang ingin terserap atau hanya sebagai lalu-lalang saja. Hipnotis, adalah nyata adanya dan oleh para psikolog sudah diakui keberadaanya. Orang-orang yang bisa menghipnotis adalah yang mengetahui jalan-jalan cara kerja otak, dengan membuat si korban hipnotis memasang konsentrasi penuh terhadap penghipnotis dan setelah itu sang korban bakal terbujuk rayuannya jika si penghipnotis telah mengtakan kata mujarabnya yang bertugas mengacau konsentrasi koban. Perkuat dirimu dan alam bawah sadarmu, maukah kau terombang-ambing oleh pikiran orang lain?.

Akan tetapi pilihan kita juga terpengaruh oleh pemikiran kita juga, bukankah sebuah paradoks yang terus menerus berulang-ulang. Mungkin saya terlalu serius menanggapi sebuah hal-hal seperti ini, tetapi karena kasus isu rokok tersebut saya menjadikannya sebuah contoh kecil dan mungkin belum terlalu bahaya. Tetapi isu-isu yang telah termakan dalam masyarakat dan menggondok kuat di dalamnya dan isu-isu tersebut bertujuan untuk menjatuhkan atau menyakiti orang lain lah yang berbahaya. Seperti dalam sejarah kita kenal tentang propaganda ras unggul nya yang di keluarkan oleh Nazi di zaman pemerintahan Hitler. Karena propaganda tersebutlah orang-orang di jerman tersugesti dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Pernah saya membaca di salah satu buku sejarah milik Pak Ojong mungkin yang membahas tentang betapa percaya dirinya para tentara jerman yang masuk ke dalam kota musuh sehingga mereka terlihat seperti sedang berparade.

Terlihat betapa isu yang telah besar dan patut untuk di sebut dengan propaganda tersebut sebegitu berbahayanya. Tetapi juga yang membuat propaganda tersebut adalah sang pemerintah jerman saat itu sendiri maka siapa yang patut melarang. Mungkin orang-orang dewasa yang telah matang pikiran dan toleransinya bakalan sadar apa yang dimaksud dalam propaganda tersebut dan menolaknya, tetapi karena pemerintahannya sendiri yang mengeluarkannya berarti hal tersebut adalah hukum baginya. Yang fatal adalah bagaimana bila propaganda tersebut dimasukkan kedalam pikiran para anak-anak yang sedang sekolah, ini bukan sebuah kemungkinan tetapi memang benar adanya apabila dalam pelajaran anak-anak sekolah telah termasuki doktrinasi-doktrinasi tersebut, dan mereka tumbuh dengan pemikiran bahwa dirinyalah unggul, bayangkan sebuah kepercayaan diri yang ditumpuk semenjak dari kecil, lalu bagaimana keadaan mentalnya saat dewasa nanti saat bertemu bangsa lain.

Doktrinasi, mungkin itulah yang seharusnya sekolah-sekolah kita ajarkan jika ingin membentuk pribadi-pribadi yang sejalan dengan pemikiran kita sekarang, atau mungkin sekolah kita memang sudah melaksanakan hal tersebut?.  Demi kesatuannya negara kita, demi semakin bertambahnya kepercayaan orang-orang akan impian dan tujuan seseorang yang membuat doktrin tersebut. Lalu bagaimana kita melangkah sekarang, dengan kondisi yang tidak bisa dipungkiri dan menghindar seperti ini, haruskah kita bersembumnyi di dalam sebuah ruangan terkunci?. Tidak tentu tidak, sebagai umat manusia yang terus berkembang kita diharuskan tetap mencari kebenaran dibalik segalanya, apa yang tersirat belum tentu tersurat. Selektif, dan buka pikiran lebar kita harus sudah mulai memilih mana benar dan mana salah. Kita sendirilah yang harusnya menentukan jangan mau diombang-ambingkan oleh kepentingan individu lain yang memang tidak berguna dan bermanfaat. Dengan derasnya arus informasi ini, info-info rancu mengelilingi kita yang apabila kita serap bakal membodohi diri, mulailah berbenah diri sendiri dahulu dan membuat pertahanan, pertahanan diambil dari pengetahuan dan pengetahuan didapatkan dari membaca. Bukan saja buku yang dibaca, bacalah keadaanmu sendiri, pengalamanmu, perjalananmu, buat dirimu menjadi dirimu sendiri.
Baca juga : Misteri Kesadaran Manusia

No comments:

Post a Comment