Mudahnya masyarakat
termakan isu-isu tidak jelas di dalam publik dunia maya. Seperti kasus rokok
seharga 50.000 ribu kemarin, melalui keawaman saya lewat ekonomi saya jelas
mengetahui ketidak mungkinan kebijakan pemerintah tersebut. Tetapi dikarenakan
derasnya arus informasi yang ada dan kebebasan keseluruhan lapisan masyarakat
yang dapat mengakses internet berita tersebut menjadi viral dan fenomenal.
Dimulai dari mana dan berujung kemana-mana, bahkan menjadi tema perbincangan di
kedai-kedai kopi tempat orang-orang berkumpul.
Disini menjadikan saya
berpikir kembali bagaiman kekuatan sebuah isu, mungkin saja isu rokok tersebut
dimulai oleh seorang individu yang sebenarnya tidak merencanakan sampai sejauh
itu imbasnya, tetapi mungkin karena kebetulan penempatannya sehinga banyak
orang melihatnya. Akan tetapi saya juga tidak melulu menyalahkan dunia maya
saja karena sebenarnya dalam dunia nyata sejak dahulu memanglah sering termakan
oleh isu-isu yang malahan dari orang yang pertama kali menyebutnya sudah
berbeda. Jika kita berada dalam suatu masyarakat pasti terdapat
perkataan-perkataan yang memang dari sumber pertamanya sudah berbeda.
Obrolan-obrolan yang sebenarnya hanyalah merupakan wujud ketidak seriusan oleh
pihak pertama mungkin oleh pihak lainnya dianggap berbeda dan kemudian
melanjutkan cerita tersebut ke pihak-pihak yang lainnya sehingga terjadilah
lagi sebuah isu yang menjadi viral di masyarakat sekitar.
Makanya oleh karena itu
kita selalu ditanamkan sebuah pesan untuk selalu selektif dan menyaring dari
semuanya, bukan bermaksud untuk berpikiran negatif terhadap segala atau apa
tetapi karena berbahayanya kesadaran kita sendiri dalam menangkap suatu
informasi. Pemikiran setiap manusia selalu berbeda-beda karena mereka diciptakan
untuk menjadi individu yang berbeda satu sama lain, dan perjalanan hidupnya pun
turut serta mempengaruhi pemikirannya, pengalaman hidupnya, traumanya, hobinya
semuanya turut serta dan berdesak-desakan berebutan untuk menguasai sistem
pemikiran kita. Tetapi memang tabiat manusia sebagai manusia yang menyukai
informasi sehingga tidak mungkin untuk melarang diri mencegah info-info yang
diri sendiri larang untuk tidak teresap. Dan karena itu sebagai individu kita
mempunyai pilihan, pilihan untuk memilih informasi mana saja yang ingin
terserap atau hanya sebagai lalu-lalang saja. Hipnotis, adalah nyata adanya dan
oleh para psikolog sudah diakui keberadaanya. Orang-orang yang bisa
menghipnotis adalah yang mengetahui jalan-jalan cara kerja otak, dengan membuat
si korban hipnotis memasang konsentrasi penuh terhadap penghipnotis dan setelah
itu sang korban bakal terbujuk rayuannya jika si penghipnotis telah mengtakan
kata mujarabnya yang bertugas mengacau konsentrasi koban. Perkuat dirimu dan
alam bawah sadarmu, maukah kau terombang-ambing oleh pikiran orang lain?.
Akan tetapi pilihan
kita juga terpengaruh oleh pemikiran kita juga, bukankah sebuah paradoks yang
terus menerus berulang-ulang. Mungkin saya terlalu serius menanggapi sebuah
hal-hal seperti ini, tetapi karena kasus isu rokok tersebut saya menjadikannya
sebuah contoh kecil dan mungkin belum terlalu bahaya. Tetapi isu-isu yang telah
termakan dalam masyarakat dan menggondok kuat di dalamnya dan isu-isu tersebut
bertujuan untuk menjatuhkan atau menyakiti orang lain lah yang berbahaya.
Seperti dalam sejarah kita kenal tentang propaganda ras unggul nya yang di
keluarkan oleh Nazi di zaman pemerintahan Hitler. Karena propaganda tersebutlah
orang-orang di jerman tersugesti dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Pernah saya membaca di salah satu buku sejarah milik Pak Ojong mungkin yang
membahas tentang betapa percaya dirinya para tentara jerman yang masuk ke dalam
kota musuh sehingga mereka terlihat seperti sedang berparade.
Terlihat betapa isu
yang telah besar dan patut untuk di sebut dengan propaganda tersebut sebegitu
berbahayanya. Tetapi juga yang membuat propaganda tersebut adalah sang
pemerintah jerman saat itu sendiri maka siapa yang patut melarang. Mungkin
orang-orang dewasa yang telah matang pikiran dan toleransinya bakalan sadar apa
yang dimaksud dalam propaganda tersebut dan menolaknya, tetapi karena
pemerintahannya sendiri yang mengeluarkannya berarti hal tersebut adalah hukum
baginya. Yang fatal adalah bagaimana bila propaganda tersebut dimasukkan
kedalam pikiran para anak-anak yang sedang sekolah, ini bukan sebuah
kemungkinan tetapi memang benar adanya apabila dalam pelajaran anak-anak
sekolah telah termasuki doktrinasi-doktrinasi tersebut, dan mereka tumbuh
dengan pemikiran bahwa dirinyalah unggul, bayangkan sebuah kepercayaan diri
yang ditumpuk semenjak dari kecil, lalu bagaimana keadaan mentalnya saat dewasa
nanti saat bertemu bangsa lain.
Doktrinasi, mungkin
itulah yang seharusnya sekolah-sekolah kita ajarkan jika ingin membentuk
pribadi-pribadi yang sejalan dengan pemikiran kita sekarang, atau mungkin
sekolah kita memang sudah melaksanakan hal tersebut?. Demi kesatuannya negara kita, demi semakin
bertambahnya kepercayaan orang-orang akan impian dan tujuan seseorang yang
membuat doktrin tersebut. Lalu bagaimana kita melangkah sekarang, dengan
kondisi yang tidak bisa dipungkiri dan menghindar seperti ini, haruskah kita
bersembumnyi di dalam sebuah ruangan terkunci?. Tidak tentu tidak, sebagai umat
manusia yang terus berkembang kita diharuskan tetap mencari kebenaran dibalik
segalanya, apa yang tersirat belum tentu tersurat. Selektif, dan buka pikiran
lebar kita harus sudah mulai memilih mana benar dan mana salah. Kita sendirilah
yang harusnya menentukan jangan mau diombang-ambingkan oleh kepentingan
individu lain yang memang tidak berguna dan bermanfaat. Dengan derasnya arus
informasi ini, info-info rancu mengelilingi kita yang apabila kita serap bakal
membodohi diri, mulailah berbenah diri sendiri dahulu dan membuat pertahanan,
pertahanan diambil dari pengetahuan dan pengetahuan didapatkan dari membaca.
Bukan saja buku yang dibaca, bacalah keadaanmu sendiri, pengalamanmu,
perjalananmu, buat dirimu menjadi dirimu sendiri.
Baca juga : Misteri Kesadaran Manusia
No comments:
Post a Comment