Munir, Sang pahlawan orang hilang. Sebutan banyak orang kepadanya. Di tanggal 7 September 2004 aktivis pejuang HAM itu telah berpulang, dibunuh dengan kejam dan pengecut melalui racun arsenik yang dosisnya sangat fatal bagi manusia. Munir dibunuh di dalam perjalanannya menuju Belanda untuk meneruskan studinya. Dan sampai sekarang usut-pengusutan kasus pencarian pelaku utama atau dalangnya belumlah selesai, Pollycarpus yang sempat didakwa sebagai tersangka pun tidak membuktikan apapun, entah sebagai memang pembunuh atau bukan. Pollycaripus pasti mempunyai dalang dibaliknya. Dalang yang mampu memanipulasi banyak bidang. Musuh munir sendiri yang merasa terancam dengan keberadaanya, apalagi ketika dia pergi ke Belanda dimana jika dia bertemu dengan sesama pejuang HAM lainnya dan membuat dunia memusatkan perhatiannya ke Indonesia untuk mencari pelaku perusak HAM yang sekarang sedang duduk di singgasananya.
Orang-orang yang berkemungkinan menjadi musuh munir karena pernah
bersinggungan dengannya.
Dalam sepak terjang munir membela hak asasi, dia mendirikan
sekaligus penggerak organisasi KONTRAS (Komisi untuk orang hilang dan korban
tindak kekerasan). Dengan bersama Kontras dia tanpa mengenal rasa takut, tanpa
kompromi menerjang siapapun yang memang terbukti telah melewati garis batas
HAM. Meskipun orang-orang itu adalah jajaran petinggi-petinggi. Kasus-kasus
besar yang dicari kebenarannya dan pertanggung jawabannya oleh Munir membuat
mencuatnya jajaran orang-orang yang berada di posisi tinggi.
Penculikan aktivis 1998 : Ketika terjadi demonstrasi di
tahun 1998, terjadi penculikan para aktivis dikalangan mahasiswa. Saat itu
orang yang bertanggung-jawab atas keamanan saat demonstrasi adalah, Prabowo Subianto,
Mayjen. Muchdi PR, Kol. Chairawan. Penyelesaian kasus yang diselidiki Kontras
adalah berhasil dibentuknya DKP(Dewan Kehormatan Perwira) yang mencopot jabatan
orang tersangkut. Tetapi setelah kematian munir, Prabowo Subianto yang sukses
berbisnis mencalonkan diri menjadi Presiden, kemudian Mayjen. Muchdi menjadi
Deputi V Badan Intelejen Negara, Kol. Chairawan menjadi Danrem Lilawangsa.
Penembakan mahasiswa di Trisakti tragedi Mei 98 : Pejabat
yang bertanggung jawab atas keamanan saat itu adalah Sjafrie Sjamsoedin dan
Mamami Nata. Kasus tersebut sempat dibawa ke Mahkamah Militer tetapi terkatung-katung
antar Komnas HAM dan Jaksa Agung. Lalu jabatan yang dimiliki oleh Sjafrie
Sjamsoedin adalah Kapuspen Mabes TNI kemudian kini menjadi Sekjen Dephan.
Sementara Mamami Nata telah meninggal.
Penembakan mahasiswa di Semanggi : Yang bertanggung jawab
atas keamanan adalah Djaja Suparman dan Nugroho Djayusman. Penyelesaiannya
terkatung-katung antara Komnas HAM dan Jaksa Agung. Sementara jabatan Djaja
Suparman adalah seorang Irjen TNI sementara Nugroho Djayusman tidak ada.
Kasus Timor-Timur 1998 : Yang bertanggung jawab saat itu
adalah Wiranto dan Zacky Makaarim. Penyelesaiannya Jaksa Agung MA Rahman tidak
menuntut ke pengadilan meski nama Wiranto dan Zacky Makaarim masuk kedalam
daftar nama KPP HAM/Komnas HAM. Di pengadilan terdakwa militer dibawah Wiranto dibebaskan dari
pengadilan. Sementara setelah itu pada tahun 2004 Wiranto ikut maju sebagai
kandidat calon presiden dari partai Golkar. Zacky Makaarim tidak ada jabatan
atau tidak diketahui.
Talangsari, Lampung (1989): Pejabat yang berwenang atas
kejadian tersebut adalah Hendripriyono, yang di Lampung disebut penjagal. Kasus
tersebut hanya terkatung-katung di Komnas HAM. Pada tahun 2004 sempat ditunjuk
sebagai juru kampanye PDI-P, yang juga menjabat sebagai kepala BIN.
Tanjung Priok (1984) : Yang bertanggung jawab saat itu
adalah Jend L.B Moerdani dan Jend. Try Sutrisno. Penyelesaian kasus tersebut
bahkan tidak dibawa ke pengadilan. Jend L.B Moerdani telah meninggal sementara
Sutrisno masih aktif berpolitik di PEPABRI.
Baca Juga :
Orang-orang yang bersinggungan dengan munir sangat-sangat
kuat secara posisi, tetapi dapat dilihat dari track record tersebut dia tetap
berani menyuarakan suaranya. Sehingga dianggap oleh musuh-musuhnya satu-satu
jalan adalah dengan membungkamnya selamanya.
Di kesemua orang-orang yang masuk kedalam kasus tersebut,
sampai sekarang dipemberitaan terus menerus diselidiki, dan terus menerus satu
sama lain mengelak tidak merasa bersalah. Tetapi tentu saja seorang maling
walau ditanyaipun tetapi mengaku tidak maling. Bukti-bukti faktual yang dapat
menghubungkan kematian munir dengan siapapun rasanya semakin kabur. Apalagi
setelah kemarin sempat diberitakan data dari TPF (Tim Pencari Fakta) yang
dibentuk oleh SBY di masa kepemimpinannya hilang, tetapi selanjutnya
diberitakan ketemu lagi. Terlihat memalukan data yang seharusnya sangat penting
yang bisa sangat menjuruskan arah penyelidikan ke lebih sempit dan terkhususkan
tidak disimpan dengan sangat baik. Mungkinkah permainan juga bahwa pembunuh
munir juga berada di posisi yang dapat menghilangkan jejaknya dari dalam.
Sungguh sangat bobrok Indonesia jika sampai itu terjadi. Ternyata demokrasi
belum terjadi di Indonesia, Indonesia masih feodal dengan raja-raja kecilnya
duduk di singgasana.
Dari paparan kasus-kasusu tersebut, mungkinkah orang yang
mendalangi pembunuhan munir berada di dalam kasus-kasus tersebut, ataukah ada
pemain lain yang tidak pernah terlihat kamera?.
No comments:
Post a Comment