Thursday, January 26, 2017

Apa Itu Filsafat Ilmu

Pendahuluan
Filsafat ilmu adalah pengkajian mengenai asumsi, fondasi dan implikasi dari ilmu alam (seperti biologi, kimia, fisika, ilmu bumi dan astronomi, dan juga ilmu sosial yang mengurusi masalah perilaku manusia dan sosial).

Lalu munculah pertanyaan seperti : apa itu ilmu?, apa itu tujuan ilmu dan bagaimana kita akan menginterpretasi hasil dari ilmu tersebut?.

Ilmu adalah kepercayaan banyak orang bahwa asumsi dan metode dari riset mengenai fisika dan ilmu alam sangatlah dibutuhkan atau malahan penting terhadap semua disiplin ilmu lainya, termasuk filsafat, manusia dan ilmu sosial. Positifsm sangat erat hubungannya dengan filsafat yang mengatakan bahwa pengetahuan yang autentik adalah pengetahuan mengenai ilmu, dan pengetahuan tersebut muncul dari persetujuan positif dari teori lewat metode sains ( yang berarti harus melewati tahap observasi dan eksperimen, dan formulasi dan test hipotesa).

Apa itu Ilmu?



Salah satu pertanyaan fundamental di filsafat ilmu adalah membedakan antara ilmu dan bukan ilmu, meskipun banyak yang mengatakan hal itu sebagai yang tidak mungkin dipecahkan. Dalam sejarah, point penting dari perdebatan tersebut adalah masalah antara ilmu dan agama, bahkan sampai sekarang, banyak para penantang desain intelektual dari pihak dari luar keilmuan yang kebanyakan tidak memnuhi kriteria dari ilmu dan tidak mungkin dapat di samakan penanganannya seperti evolusi dan pernyataan penantangnya.
Kriteria dari ilmu termasuk :
  • Pembuatan hipotesa yang memenuhi kriteria dari kemungkinan yang ada (tidak harus benar maupun salan), dapat terbukti juga salah dan ada kemungkinan benar dan salah lewat pembuktian.
  • landasan bukti yang empiris
  • penggunaan metode sains

 
Sejarah Filsafat Ilmu


Empirisme ( dan selanjutnya positifisme dan posifitisme logis) landasan ilmu dalam melakukan observasi, dan mengkampanyekan pengurangan seluruh pengetahuan manusia menjadi logis dan berdasar pada sains. Bukan sains atau ilmu, di kata lain, (seperti metafisik dan filsafat agama) adalah bukan sebuah hal yang dapat di observasi dan tidak berarti apa-apa, juga dinamakan sebuah teori verificationisme.

Karl Popper(1902-1994), dalam tanggapannya mengenai Positifisme logis, menyadari bahwa sebuah teori dapat menjadi berarti tanpa harus scientific, dan bahwa pusat dari ilmu adalah tujuan dari klaim yang menyalahkan ( klaim yang dapat dibuktikan salah, setidaknya dalam teori), dimana ia sebut sebagai falsificasionisme.

Orang Amerika Thomas Kuhn (1922-1996) menunjukkan bahwa sebagain besar sains atau ilmu adalah yang ia sebut sebagai normal sains (pekerjaan menyelesaikan masalah yang terikat dengan teori dan pengetahuan yang ada). Bagaimanapun, ketika banyak anomali terjadi selama proses dari normal sains, itu akan menjadi persetujuan bahwa pekerjaan itu sebenarnya luar biasa atau sains yang revolusioner dengan paradigma sains terbaru. Lalu mungkin akan muncul perubahan paradigma baru ( seperti perubahan dari ilmu newton ke einstein) sampai dengan paradigma baru tersebut disetujui sebagai norma oleh komunitas sains dan di hubungkan dengan pekerjaan mereka yang sebelumnya. Kuhn mengatakan bahwa paradigma baru ini dapat disetujui karena memiliki kemampuan superior untuk menyelesaikan masalah yang muncul selama proses melakukan normal sain, dan pseudosains atau yang bukan sains lalu dapat terdefinisikan oleh sebuah kesalahan untuk menyediakan penjelasan untuk paradigma tersebut.

Dengan cara ini, sains atau ilmu dapat berkembang dengan tidak hanya secara bertahap membangun dan meneruskan pekerjaan dari masa lalu seperti yang telah terjadi, tetapi dengan jalan revolusi di jalan berpikir baru dalam sebuah komunitas sains yang telah berubah seluruhnya. Kuhn pada tahun 1962 menulis buku berjudul “ The Structure of Scientific Revolutions” sangatlah sukses dan populer, dan menjadi salah satu karya filsafat yang berpengaruh. Dan telah disebut-sebut banyak orang sebagai karya filsafat paling berpengaruh abad ke 20.

Sumber


No comments:

Post a Comment