Pembahasan para filsuf mengenai cinta bermula
dengan pertanyaan mengenai hakikat cinta. Hal ini berarti menyatakan bahwa
cinta memiliki asal, sebuah pernyataan yang ditentang banyak orang bahwa cinta
adalah sebuah konsep yang irasional dalam hal ini berarti tidak dapat di
artikan secara rasional. Untuk kritik seperti ini yang mewakili dari pendapat
ranah metafisik dan epistemologi, cinta mungkin berarti sebuah penolakan dari
emosi yang menentang penjelasan rasional, dari hal lain, beberapa ahli bahasa
seperti Papuan, tidak mengatakan menyetujui dengan konsep ini, dimana dia
melawan semua kemungkinan hasil penjelasan dari ranah filsafat. Dalam bahasa
Inggris, cinta, Love, dimana kata tersebut berasal dari bentuk bahasa Jerman
dan Sansekerta lubh(hasrat), telah dengan luas di artikan dan disetujui banyak
umum, dimana mengeluarkan masalah pertama dari arti dan definisi, disini akan
di jelaskan apa itu cinta dari ranah filsafat oleh Plato.
Baca Juga :
Eros
Kata eros (dalam Yunani erasthai)
digunakan untuk menunjuk bagian dari cinta yang membentuk passion, hasrat yang
tinggi untuk melakukan sesuatu, sering kali menunjuk kepada hasrat seksual,
meskipun dalam bahasa modern berubah menjadi erotis (dalam yunani erotikos). Dalam tulisan
Palto, eros adalah sebuah hasrat biasa yang mencari bentuk kecantikan yang
sulit dipahami, kecantikan individu yang mengingatkan kita akan kecantikan yang
nyata yang ada di dunia baik dalam bentuk rupa maupun ide (Phaedrus 249E:”he
who loves the beautiful is called a lover because he partakes of it.” Trans.
Jowett). Posisi Plato yang terpengaruh dengan Socrates mempertahankan maksud
bahwa cinta yang dikeluarkan dari kita untuk kecantikan di bumi ini dapat
mungkin tidak akan pernah terpuaskan sampai kita mati, tetapi di saat ini kita
seharusnya menginginkan sesuatu di luar citra stimulus di depan kita dan
menggantinya dengan kecantikan di dalam diri itu.
Implikasi dari teori Plato mengenai eros
tentang kecantikan ideal, yang di pantulkan dari citra cantik yang kita
temukan, menjadi tak tergantikan diantara orang-orang dan benda, ide, dan seni:
untuk mencintai adalah untuk mencintai dalam bentuknya plato cantik bukan
tentang individu menentu, tetapi elemen yang mereka kuasai dari kecantikan yang
nyata. Timbal balik sangat tidak dibutuhkan dalam pandangan Plato mengenai
cinta, karena hasrat adalah sebuah objek dari kecantikan, untuk mengatakan
rekan dari orang lain yang berbagi nilai dan cita-cita.
Kebanyakan dasar filsafat dari Plato memegang bahwa
cinta adalah nilai yang lebih daripada hasrat fisik. Hasrat fisik, kata mereka,
adalah sama dengan hewan. Meskipun itu adalah reaksi paling bawah dan stimulus
daripada cinta yang secara rasional imbas dari cinta- bahwa, cinta yang
dihasilkan dari kejadian rasional dan pencarian ide, yang berubah menjadi
pencarian dari kecantikan ideal. Selanjutnya, cinta fisik dari sebuah objek,
ide atau manusia dalam dirinya adalah bukan bentuk lazim dari cinta, cinta
adalah refleksi dari sebuah objek, ide, atau manusia yang saling mengambil
bagian di dalam kecantikan ideal.
No comments:
Post a Comment